Halo bro semua 😀 , Beberapa waktu lalu sekitar tanggal 7 – 12 Mei, saya melakukan kunjungan bisnis ke Yogyakarta (wkwkwk… bahasanya bisnis, biar keren aja 😆 ) berkesempatan menginap di Mayo Guesthouse, pilihan yang jatuh setelah cukup banyak dilematis dan pertimbangan.
Kunjungan ke Jogja kali ini membawa 6 misi dan 2 quest, berhubung teman-teman semasa SMP-SMA yang ada di Jogja cuma numpang kuliah saja dan sudah pada kembali ke kampung asal, maka itu memutuskan untuk mencoba menginap.
Pertama jatuh ke Mayo GuestHouse, mengorder melalui Traveloka yang waktu itu ratingnya paling tinggi, kebetulah harganya juga sangat murah dan pas banget mendapatkan diskon promo double ekstra dari Traveloka, jadi total cuma bayar 300 ribu pas untuk menginap selama 2 hari 😎
Mencari Penginapan ini agak sulit awalnya, harus mengandalkan peta kalo tidak familiar. Berhubung saya suka gak tau nama jalan, maka jelas sulit, ternyata lokasinya cukup dekat dengan jalan yang sering dilewati.
Datang waktu siang jam 15.30, lelah setelah perjalanan Solo-jogja, capeknya bukan karena perjalanan 60 km tersebut, tapi gara-gara Jogja yang macet sepanjang jalan Solo setelah ringroad dan Gejayan, di tengah hari 👿
Waktu itu sedang ada perbaikan jalan di depan Mayo jadi agak repot kalo motor mau masuk. Masuk Gedung, sepi…. gak ada yang jaga, clingak-clinguk cari resepsionis sekitar 5 menit gak ketemu, sebel akhirnya saya telpon bermodalkan data yang ada di Traveloka, setelah dua kali telpon baru nongol pengelolanya. Lalu nunjukin bukti pemesanan dan KTP.
Waktu itu boking kamar single (yaa… single / jomblo 😥 ) dan naik ke lantai 2, tangga cukup sempit tapi bersih banget, sandal/sepatu cukup diletakkan di pintu gedung. Penginapan ini terhitung baru jadi kesannya fresh banget.
Masuk kamar, ternyata lumayan luas, furnitur yang menarik, simpel, minimalis dan terkesan modern. AC dingin dan cukup menarik karena ada beberapa mode pengaturan. Ada tiga colokan listrik, dua di dekat tempat tidur dan sisanya di dekat cermin 😀
Untuk tempat tidur, masih baru dan tingkat keempukan yang pas. Sprei putih yang terasa agak kasar dan terlihat bahwa thread count (TC) masih dibawah 200, jadi serat-serat benang masih terlihat, kandungan katun sepertinya sekitar 60-70% saja.
Ukuran tempat tidur untuk versi kamar Single (ya… single alias lajang 🙁 ) adalah 120 x 200 cm, selimut bertipe flannel yang sudah cukup. Lampu tidur juga ada walaupun gak pernah dipakai.
Kamar mandi harus diakui adalah salah satu yang paling recommended, punya sirkulasi udara yang bagus, lalu keran air panas dan air dingin model Mix dan mudah dikontrol suhu dan pancurannya, shower dengan sudut jatuhan yang pas, kloset duduk dan wastafel dengan keran model busa. Lantai kamar mandi juga sangat cepat kering dan tidak meninggalkan bau apapun.
Di kamar mandi disediakan sabun dan shampo, lalu handuk yang lembut dan tisu toilet, juga keset. Kalo saya bukan pengguna tisu toilet… 😳 . Yang tidak ada cuma sikat gigi dan shampo tapi tidak masalah karena memang ini bukan hotel.
Kamar sangat bersih dan cukup wangi, tersedia juga tisu wajah. Untuk TV sudah bagus baik itu channel dan tingkat kejernihan gambar. Fasilitas lain seperti Wi-fi baru diberitahu setelah sehari menginap, dan harus diakui kecepatan browsing dan download sangat cepat.
Di Mayo Guesthouse juga disediakan sarapan yang diantarkan ke kamar sekitar jam 8 pagi, hari pertama menunya adalah nasi goreng lengkap dengan ayam, hari kedua paket nasi kuning dan juga dengan ayam, semuanya enak, porsi cowok lagi
Kemudian kita juga bisa membuat kopi dan teh, self service terpusat di lantai 1, termasuk merefill air minum. Hanya saja dalam dua kali kesempatan pingin dapet air panas buat bikin kopi dan teh dari dispenser, ternyata yang keluar hanya bersuhu hangat.
Secara keseluruhan sangat puas dengan menginap di Mayo Guesthouse, terlebih pengelola dan staff juga ramah dan murah senyum, fasilitas dan kenyamanan yang didapatkan lebih baik dari budget yang harus dikeluarkan.
Penginapan ini masih relatif sepi, memang sunyi dan tenang, namun ada beberapa yang harus diperbaiki, kedepannya bisa dipertimbangkan untuk juga meletakkan dispenser set di lantai 2 dan penggunaan sprei dengan TC 200 atau minimal 80% katun seperti Microtex.
Postingan ini bukan promosi, cuma sekedar ulasan singkat saja… eh, singkat kok isinya bisa lebih dari 600 kata ya? Hmm.. mbuh lah 😉
MnM – sumber gambar diambil dari web traveloka dan website resmi.